Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec. (lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943; umur 70 tahun) adalah Wakil Presiden Indonesia yang menjabat sejak 20 Oktober 2009. Ia terpilih dalam Pilpres 2009 bersama pasangannya, presiden yang sedang menjabat, Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Direktur Bank Indonesia (sekarang setara Deputi Gubernur). Saat ini ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada sebagai guru besar. Oleh relasi dan orang-orang yang seringkali berinteraksi dengannya ia dijuluki The man to get the job done.
Tentang keluarga, Boediono beristrikan Herawati (lahir di Blitar,
15 Februari 1944), menikah di tahun 1969 dan memiliki dua orang anak yaitu
Ratriana Ekarini, M.Bus (lahir di Jakarta, 16 Maret 1970) dan Dios Kurniawan,
MSc (lahir di Yogyakarta, 17 Desember 1974).
Tentang pendidikan, Gelar Bachelor of Economics (Hons.)
diraihnya dari Universitas
Western Australia pada tahun 1967. Lima tahun kemudian,
gelar Master
of Economics diperoleh dari Universitas Monash. Pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar
S3 (Ph.D.)
dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania.
Tentang penghargaan, Ia
mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana tahun 1999 dan
"Distinguished International Alumnus Award" dari University of
Western Australia pada tahun 2007.
Mengenai karier beliau, Boediono
pertama kali diangkat menjadi menteri pada tahun 1998 dalam Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan
kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie
ke Abdurrahman Wahid, ia digantikan oleh Kwik Kian Gie.
Bersama dengan beberapa tokoh nasional, ia turut mendirikan Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan untuk mendorong reformasi.
Ia kembali diangkat sebagai Menteri Keuangan pada
tahun 2001
dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli.
Sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong, ia membawa Indonesia
lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri
kerja sama dengan lembaga tersebut. Oleh BusinessWeek,
ia dipandang sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam
kabinet tersebut. Di kabinet tersebut, ia bersama
Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dijuluki 'The
Dream Team' karena mereka dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi Indonesia
yang belum sepenuhnya pulih dari Krisis Moneter 1998. Ia juga berhasil
menstabilkan kurs rupiah
di angka kisaran Rp 9.000 per dolar AS.
Ketika
Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai
presiden, banyak orang yang mengira bahwa Boediono akan dipertahankan dalam
jabatannya, namun posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar.
Menurut laporan, Boediono sebenarnya telah diminta oleh Presiden Yudhoyono
untuk bertahan, namun ia memilih untuk beristirahat dan kembali mengajar. Saat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan
perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember
2005, Boediono diangkat
menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator
bidang Perekonomian. Indikasi Boediono akan menggantikan Aburizal Bakrie
direspon sangat positif oleh pasar sejak hari sebelumnya dengan menguatnya IHSG serta mata uang rupiah. Kurs
rupiah menguat hingga dibawah Rp 10.000 per dolar AS. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di BEJ juga ditutup menguat hingga 23,046 poin (naik sekitar 2
persen) dan berada di posisi 1.119,417, berhasil menembus level 1.100. Ini
karena Boediono dinilai mampu mengelola makro-ekonomi yang kala itu belum
didukung pemulihan sektor riil dan moneter.
Pada tanggal 9 April
2008, DPR mengesahkan Boediono
sebagai Gubernur Bank
Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon
tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
pengangkatannya didukung oleh Burhanuddin Abdullah, Menkeu Sri Mulyani,
Kamar Dagang Industri atau Kadin, serta seluruh anggota DPR kecuali fraksi PDIP.
Ketika namanya diumumkan sebagai calon wakil
presiden mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada bulan
Mei 2009, banyak pihak yang tidak bisa menerima dengan berbagai alasan, seperti
tidak adanya pengalaman politik, pendekatan ekonominya yang liberal, serta
bahwa ia juga orang Jawa (SBY juga orang Jawa). Namun demikian, ia
dipilih oleh SBY karena ia sangat bebas kepentingan dan konsisten dalam
melakukan reformasi di bidang keuangan. Pasangan ini didukung Partai Demokrat
dan 23 partai lainnya, termasuk PKB, PPP,
PKS, dan PAN. Pada Pemilihan
Umum 8 Juli 2009, pasangan SBY-Boediono menang atas dua pesaingnya, Megawati—Prabowo
dan Kalla—Wiranto.
Beliau juga memiliki jabatan lain, diantaranya
adalah :
·
Executive Board for Asia - Wharton Advisory Boards, The Wharton School of the University of Pennsylvania
· Commissioner
of Commission on
Growth and Development
Tentang jabatan
politik, Boediono menjadi calon wakil presiden 2009-2014 mendampingi calon
presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
dideklarasikan 15 Mei 2009 di Sasana Budaya Ganesha kota Bandung.
Jika terpilih, dia akan menjadi wakil presiden pertama yang berlatar belakang
ekonomi dan non-partisan setelah Mohammad Hatta (wakil presiden pertama RI).
Dalam acara ini dirilis sistem ekonomi moralistik, manusiawi, nasionalistik
dan kerakyatan atau kemasyarakatan. Boediono berangkat ke Bandung dengan
menggunakan kereta api regular Parahyangan.
Pro dan Kontra mengenai Budiono :
Baik sekarang sebagai wakil presiden maupun
ketika masih menjabat Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Ekonomi, ataupun
Gubernur BI, kebijakan Boediono disikapi secara beragam oleh berbagai kalangan.
- Pasar diprediksi akan sambut positif pemilihannya sebagai calon wakil presiden.
- Beberapa pengusaha merasa sangat yakin dengan kemampuan ekonominya, namun masih meragukan kemampuan politiknya.
- Isu penentangan Boediono sebagai cawapres yang lain adalah bahwa ia tidak mewakili tokoh partai, dan ia bukan pula representasi dari partai politik Islam sebagaimana Gus Dur-Mega, Mega-Hamzah Haz dan SBY-JK.
- Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara dan Perbankan Syariah berhasil diwujudkan ketika Boediono menjabat Menteri Koordinator Perekonomian pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
- Hendri Saparini, orang dekat Rizal Ramli, dan analis ekonomi-politik, melihat Boediono, yang kini menjabat gubernur BI hendak membawa negara Indonesia ke arah neoliberal. Indikasinya, utang negara secara nominal bertambah Rp 400 triliun dalam periode 2004-2009. Walau demikian, perlu dicatat bahwa sebenarnya rasio hutang(debt ratio) kita turun drastis dari 100% di tahun 1999, 56% di tahun 2004, dan tahun 2009 tinggal 30-35% sekalipun nominal besarnya utang kurang lebih sama selama periode 2003-2008
- Pada saat menjabat sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Pemerintahan Megawati Soekarnoputri, Boediono menyatakan bahwa pada dasarnya subsidi bagi rakyat harus dihapus. Ketika para petani tebu meminta proteksi, Boediono dengan menyarankan agar petani tebu menanam komoditas lain bila tebu dinilai tidak menguntungkan, ini dinilai sejumlah kalangan bertentangan dengan orientasi kemandirian pangan. Tampaknya pendapat Boediono sejalan dengan Taufiq Kiemas, suami Megawati, yang menyatakan bahwa subsidi seperti candu.
- Kwik Kian Gie mengatakan, Boediono memiliki peran penting dalam proses keluarnya kebijakan pemerintah terkait penyelesaian BLBI. Pasalnya, Boediono saat itu merupakan menteri keuangan pemerintahan Megawati yang tahu betul tata cara penyelesaian utang bagi para obligor BLBI. Dia (Boediono) tahu seluk-beluk ini (BLBI)
- Sejumlah ekonom seperti Ekonom UGM, Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro dan Chief Economist BNI, Tony Prasetiantono, menilai tuduhan kepada Boediono sebagai figur yang mengusung neoliberalisme dan titipan dari pihak asing sangatlah tidak berdasar. Boediono justru termasuk orang yang dekat dengan almarhum Prof. Mubyarto, tokoh UGM yang terkenal dengan gagasan ekonomi kerakyatan. Sepulang dari lulus PhD di Wharton School, University of Pennsylvania, Boediono turut membantu Prof. Mubyarto mengorganisasi Seminar Ekonomi Pancasila saat Dies Natalis Fakultas Ekonomi UGM di Bulaksumur, September 1980. Ketika hasil seminar ini dibukukan berjudul 'Ekonomi Pancasila' (penerbit BPFE Yogyakarta) tahun 1981, Boediono adalah editor buku tersebut. 'Ekonomi Pancasila' inilah yang bertransformasi dan dikenal sebagai 'Ekonomi Kerakyatan' belakangan ini.
- Ekonom Faisal Basri juga menganggap tudingan 'neoliberal' dan 'antek IMF' pada Boediono sangat tidak berdasar. Ia justru menganggap kinerja Boediono dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti di pemerintahan Megawati cukup mengesankan dalam menstabilkan perekonomian Indonesia yang kacau kala itu. Boediono yang masuk kembali ke pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pasca-reshuffle kabinet juga dinilai berhasil menyelamatkan perekonomian Indonesia yang sempat mengalami kemunduran dalam 2 tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu pra-reshuffle
Karya dan Publikasi Budiono :
- Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?: Kumpulan Esai Ekonomi, 2009, PT Gramedia, Jakarta. ISBN 978-979-91-0189-1.
- Stabilization in A Period of Transition: Indonesia 2001-2004. dalam The Australian Government-The Treasury, Macroeconomic Policy and Structural Change in East Asia: Conference Proceedings, Sydney (2005), ISBN 0-642-74290-1, 43-48 pp.
- 'Managing The Indonesian Economy: Some Lessons From The Past?', Bulletin of Indonesia Economic Studies, 41(3):309-324, December 2005.
- 'Professor Mubyarto, 1938-2005'. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 41(2):159-162, August 2005.
- 'Kebijakan Fiskal: Sekarang dan Selanjutnya?', dalam Subiyantoro dan S. Riphat (Eds.). 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi. Penerbit Buku Kompas, 43-55 pp.
- The International Monetary Fund Support Program in Indonesia: Comparing Implementation Under Three Presidents. Bulletin of Indonesia Economic Studies, 38(3): 385-392, December 2002.
- Boediono. 2001. Indonesia menghadapi ekonomi global. BPFE. Yogyakarta.
- Boediono. 'Strategi Industrialisasi: Adakah Titik Temu ?', Prisma, Tahun XV, No.1. (1986)
- Mubyarto, Boediono, Ace Partadiredja. 1981. Ekonomi Pancasila. BPFE. Yogyakarta.
Artikel ini saya ambil dari wilkipedia, yang sekiranya bisa menambah pengetahuan anda mengenai tokohmu. Tentang saya :
Nama : Luckyto Jhonathan
Fakultas / Jurusan : FEB / Ekonomi Pembangunan
NIM : 201310180311003
Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang
anda bisa menemukan tulisan saya dengan gaya penulisan yang berbeda di http://luckytojhonathansayidsurodijoyopart2.blogspot.com
sekian dari saya, semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita bersama mengenai tokohmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar